Notification texts go here Contact Us Buy Now!

Ternyata Suku Mosuo Ini, Juga Menganut Budaya Matrilineal

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
Budaya matrilineal atau Garis keturunan menurut ibu tidak hanya dianut oleh Suku Minangkabau. Suku Mosuo di Provinsi Yunnan, Tiongkok juga punya budaya yang sama. Di suku ini, keluarga dipimpin oleh seorang perempuan dan mengambil garis keturunan berdasarkan garis keturunan ibu.

Suku Mosuo, hidup di derah ketinggian sekitar 2600 meter di atas laut, dan berada sekitar Danau Lugu. Karena memiliki kesamaan tersebut, tiga orang dari Suku Mosuo di antaranya Cao Jiang Ping, Gewa Aping, dan Tociz datang pada acara “Matrilineal Seminar,” dalam rangkaian acara Festival Bundokanduang, di Perpustakaan Induk Universitas Andalas Padang, Rabu (4/6/2014).

MS Cao Jiang Ping, melalui juru bicara Suwagito Lawer mengatakan, Suku Mosuo memiliki banyak kesamaan dengan Minangkabau. Selain menghormati perempuan dan menjadikannya sebagai seorang pemimpin, juga terdapat persamaan dalam tempat tinggal. Suku Mosuo tinggal dalam satu rumah terdiri dari 2-3 generasi, bahkan ada yang mencapai 4-5 generasi, dengan jumlah anggota 20-30 orang. Hampir sama dengan penghuni rumah gadang.

Bedanya, Suku Mosuo tidak mengenal pasangan suami istri tinggal bersama di suatu rumah tertentu. Di sana, sepasang suami istri hanya bertemu malam hari saja, setelah siang mereka kembali ke rumah masing-masing. Tetapi hal tersebut tidak menimbulkan masalah, karena hubungan suami istri didasari cinta. “Semua keluarga tinggal satu rumah, dengan demikian tidak ada orangtua yang terlantar,” ujarnya

Dia menambahkan, Suku Mosuo dipimpin oleh seorang perempuan (nenek atau orang yang dituakan) dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Meski dipimpin perempuan semua anggota keluarga tetap menghormatinya.

Saat ini jumlah anggota Suku Mosuo sekitar 40.000 orang dan hidup secara bersama dengan mata pencarian hampir sama dengan suku lain di Yunnan. Bedanya, daerah mereka dijadikan tempat wisata budaya, maka kesempatan tersebut dijadikan sebagai sumber penghasilan.

“Perempuan Suku Mosuo sangat tangguh dan bisa menjadi pemimpin. Semua harta diatur oleh perempuan,” ujarnya.
Dia mengaku, belum mengetahui, bahwa ada budaya yang sama, seperti yang mereka praktekkan. Setelah mendapat undangan dari Indonesia, mereka merasa penasaran tentang suku Minangkabau.

Perjalanan panjang mereka dari Pinggir Danau Lugu, harus menempuh jalan darat selama lima jam menuju Lincau, dan tiga jam menuju Kuanco menggunakan jalur darat, lalu lima jam menggunakan pesawat menuju Jakarta, lalu ke Ranah Minang. Rasa penasaran tersebut terobati setelah melihat banyak kesamaan antara adat Minang dengan Suku Mosuo, hanya saja suku tersebut tidak memiliki harta bersama. Sementara harta milik keluarga di urus oleh wanita. “Mungkin beberapa ratus tahun lalu kita bersaudara,” ujarnya

Dia menambahkan, suku menganut kepercayaan Daba. Setiap keturunan menganut agama tersebut. Pewarisan agama dilakukan secara lisan, dari generasi ke generasi. Suku Mosuo tidak menutup diri dengan suku lain. Bahkan memboleh kawin dengan agama dan suku lain. Sesuai aturan berlaku di sukunya. “Meski minoritas kami tidak pernah berperang dengan suku lain,” tuturnya

Menurutnya, selain menjunjung tinggi peranan perempuan, peran mamak seperti di Minangkabau juga diaplikasikan di Suku Mosuo. Meski demikian, dirinya mengaku tengah berupaya mencegah pengaruh budaya luar. Beberapa penyebab luntur budaya Mouso adalah, ada wanita Mosuo yang merantau, kemudian sistem patrilineal.

Karena memiliki banyak kesamaan, saya mengharapkan ada hubungan lanjutan antra Minangkabau dengan Suku Mouso RRT/Republik Rakyat Tiongkok sangat banyak memliki keragaman etnis sama halnya seperti Indonesia. suku Zhuang. "Urang Awak" dari Tiongkok. mungkin iko yg namonyo anak katurunan Maharajo Dipang

Sumber: ranahberita

Posting Komentar

Oops!
Koneksi internet terputus.