Yang satunya lagi merupakan sebuah negara bagian di Malaysia. Lalu apa yang membuatnya tidak bisa di pisahkan? sebab secara historis keduanya mempunyai pertalian darah yang sangat erat karena keduanya merupakan tempat bermukimnya suku Minangkabau, sebuah suku yang di Indonesia identik dengan ragam adat istiadat dan budaya.
Negeri Sembilan Sekarang
Negeri Sembilan memang salah satu tempat bermukimnya suku Minangkabau terbesar di luar Indonesia. jadi wajar jika di Negeri Sembilan akan ditemukan banyak kemiripan dengan di Sumatera Barat. Mulai dari arsitektur, makanan, tata cara adat, dan Marawa, bendera khas Minangkabau yang berwarna hitam, merah, kuning. Dalam tahun 1970 negara bagian yang luasnya 2.580 mil persegi ini mempunyai penduduk lebih dari setengah juta jiwa, dengan penduduk berkebangsaan melayu lebih sedikit dari bangsa Cina.
Penduduk bangsa Melayu yang kira-kira seperempat juta itu sebahagian besar masih mempunyai hubungan dengan daerah asalnya yaitu Minangkabau. Masih banyak adat istiadat Minangkabau yang masih belum hilang oleh mereka dan sebagian masih dipergunakan dalam tata cara hidupnya. Malahan beberapa keterangan dan adat-adat yang di Minangkabau sendiri sudah dilupakan pada mereka masih tetap segar dan masih dipergunakan. Hubungan sejarah ini sudah bermula pada pertengahan abad kelima belas.
Leguh legah bunyi pedati
Pedati orang pergi ke PadangGenta kerbau berbunyi jugaBiar sepiring dapat pagiWalau sepinggan dapat petangPagaruyung teringat juga
Kedatangan Bangsa Minangkabau
Sebelum Negeri Sembilan bernama demikian di Melaka sudah berdiri sebuah kerajaan yang terkenal dalam sejarah. Dan pelabuhan Melaka menjadi pintu gerbang untuk menyusup kedaerah pedalaman tanah Semenanjung itu. Maka sebulum berdiri Negeri Sembilan datanglah rombongan demi rombongan dari Minangkabau dan tinggal menetap disini.
Rombongan Pertama
Mula-mula datanglah sebuah rombongan dengan pimpinan seorang datuk yang bergelar Datuk Raja dengan isterinya Tok Seri. Tetapi kurang jelas dari mana asal mereka di Minangkabau. Mereka dalam perjalanan ke Negeri Sembilan singgah di Siak kemudian meneruskan perjalanan menyeberang Selat Melaka terus ke Johor. Dari Johor mereka pergi ke Naning terus ke Rembau. Dan akhirnya menetap disebuah tempat yang bernama Londar Naga. Sebab disebut demikian karena disana ditemui kesan-kesan alur naga. Sekarang tempat itu bernama Kampung Galau.
Rombongan Kedua
Pimpinan rombongan ini bergelar Datuk Raja juga dan berasal dari keluarga Datuk Bandaro Penghulu Alam dari Sungai Tarab. Rombongan ini menetap disebuah tempat yang kemudian terkenal dengan Kampung Sungai Layang.
Rombongan Ketiga
Rombongan ketiga ini datang dari Batu Sangkar juga, keluarga Datuk Makudum Sati di Sumanik. Mereka dua orang bersaudara: Sutan Sumanik dan Johan Kebesaran. Rombongan ini dalam perjalanannya singgah juga di Siak, Melaka, dan Rembau. Kemudian membuat sebuah perkampungan yang bernama Tanjung Alam yang kemudian berganti dengan Gunung Pasir.
Rombongan Keempat
Rombongan ini datang dari Sarilamak (Payakumbuh), diketuai oleh Datuk Putih dan mereka menepat pada Sutan Sumanik yang sudah duluan membuka perkampungan di Negeri Sembilan ini. Datuk Putih terkenal sebagai seorang pawang atau bomoh yang ahli ilmu kebatinan. Beliaulah yang memberi nama Seri Menanti bagi tempat istana raja yang sekarang ini.Berikutnya berturut-turut datang lagi rombongan lain-lainnya antaranya yang dicatat oleh sejarah Negeri Sembilan: Rombongan yang bermula mendiami Rembau datangnya dari Batu Hampar (Payakumbuh) dengan pengiringnya dari Batu Hampar sendiri dan dari Mungka. Nama beliau ialah Datuk Lelo balang. Kemudian menyusul lagi adik dari Datuk Lelo Balang bernama Datuk Laut Dalam dari Kampung Tiga Nenek.
Kemudian menyusul rombongan-rombongan lainnya hingga membentuk permukiman besar orang-orang Minangkabau di luar Indonesia.
Permukiman itu pun membentuk Kerajaan Negeri Sembilan yang kemudian tetap membina hubungan dengan Kerajaan Pagaruyung, tempat asal sebagai bagian dari perlindungan orang-orang Minangkabau di Sumatera Barat terhadap saudaranya di Semenanjung Malaya pada abad ke-18 untuk menghindari serangan orang-orang Bugis.
Pemberian perlindungan inilah yang kemudian membuat Negeri Sembilan mendapat seorang penguasa baru dari Sumatera Barat bernama Raja Melawar yang mulai menahbiskannya diri sebagai penguasa tertinggi Negeri Sembilan dengan gelar Yang di-Pertuan Besar. Raja Melawar sendiri merupakan awak Kerajaan Pagaruyung yang berada di bawah pimpinan Sultan Abdul Jalil.
Sejarah lalu mencatat kembali hubungan antara orang-orang Minangkabau itu tetap berjalan meskipun sudah berbeda negara, wilayah, dan pernah dikuasai dua negara Eropa yang berbeda, Belanda dan Inggris. Orang-orang Minangkabau di Negeri Sembilan tetap menghormati saudaranya di Sumatera Barat dan melestarikan budaya bawaan tempat asal.
Walaupun penduduk Negeri Sembilan mengakui ajaran-ajaran Datuk Perpatih nan Sebatang yang sangat populer disini tetapi mereka tidak membagi persukuan atas 4 bagian seperti di Minagkabau. Mungkin disebabkan situasi dan perkembangannya sebagai kata pepatah : Dekat mencari suku jauh mencari induk, maka suku-suku di Negeri Sembilan berasal dari luhak dari tempat datang mereka itu atau negeri asal datangnya.
Berdasarkan Asal Kedatangan
Berdasarkan asal kedatangan mereka yang demikian terdapatlah 12 suku di Negeri Sembilan yang masing-masing adalah:
- Tanah Datar
- Batuhampar
- Seri Lemak Pahang
- Seri Lemak Minangkabau
- Mungka
- Payakumbuh
- Seri Malanggang
- Tigo Batu
- Biduanda
- Tigo Nenek
- Anak Aceh
- Batu Belang
Sejarah Pada sebuah tempat yang bernama Sungai Udang kira-kira 23 mil dari Seremban menuju Port Dickson terdapat sebuah makam keramat. Disana didapati juga beberapa batu bersurat seperti tulisan batu bersurat yang terdapat di Batu Sangkar. Orang yang bermakam disana bernama Syekh Ahmad dan berasal dari Minangkabau. Ia meninggal dalam tahun 872 H atau 1467 Masehi. Dan masih menjadi tebakan yang belum terjawab, mengapa kedatangan Sekh itu dahulu kesini dan dari luahk mana asalnya.
Raja Berasal Minangkabau
Dalam naskah pengiriman raja-raja yang delapan orang antaranya dikirimkan ke Rembau, Negeri Sembilan bernama Malenggang Alam. Tetapi bilamana ditinjau sejarah negeri Sembilan raja Minangkabau pertama dikirimkan kesini Raja Mahmud yang kemudian bergelar Raja Malewar.
Raja Malewar memegang kekuasaan antara tahun 1773-1795. Beliau mendapat 2 orang anak Tengku Totok dan puteri bernama Tengku Aisah. Beliau ditabalkan di Penajis Rembau dan kemudian pindah ke istana Seri Menanti. Sehingga sekarang masih populer pepatah yang berbunyi:
Beraja ke Johor
Bertali ke SiakBertuan ke Minangkabau
Kedatangan beliau ke Negeri Sembilan membawa selembar rambut yang kalau dimasukkan ke dalam sebuah batil atau cerana akan memenuhi batil atau cerana itu. Benda pusaka itu masuh tetap dipergunakan bila menobatkan seorang raja baru. Yang mengherankan kenapa sesudah meninggalnya Raja Malewar dalam tahun 1795 tidak diangkat puteranya menjadi raja melainkan sekali lagi diminta seorang raja dari Minangkabau. Dan dikirimlah Raja Hitam dan dinobatlkan dalam tahun 1795. Raja Hitam kawin dengan puteri Raja Malewar yang bernama Tengku Aisyah sayang beliau tidak dikarunia putera.Raja Hitam kawin dengan seorang perempuan lain bernama Encek Jingka. Dari isterinya itu beliau mendapat 4 orang putera/puteri bernama : Tengku alang Husin, Tengku Ngah, Tengku Ibrahim dan Tengku Alwi. Dan ketika beliau wafat dalam tahun 1808 mengherankan pula gantinya tidaklah diangkat salah seorang puteranya.
Tetapi sekali lagi dikirimkan perutusan ke Pagaruyung untuk meminta seorang raja baru. Dan dikirimlah Raja Lenggang dari Minagkabau dan besar kemungkinan inilah Raja Melenggang Alam yang dikirimkan dari Minangkabau dan tersebut dalam naskah pengiriman raja-raja yang Delapan di Minangkabau. Raja Lenggang memerintah antara tahun 1808 sampai tahun 1824. Raja Lenggang kawin dengan kedua puteri anak raja Hitam dan mendapat putera dua orang bernama : Tengku Radin dan Tengku Imam.
Ketika raja Lenggang meninggal dinobatkanlah Tengku Radin menggantikan almarhum ayah beliau. Dan inilah raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat oleh Pemegang Adat dan Undang yang lahir di Negeri Sembilan. Dan keturunan beliaulah yang turun temurun menjadi raja di Negeri Sembilan. Raja Radin digantikan oleh adiknya Raja Imam (1861-1869). Dan selanjutnya raja-raja yang memerintah di Negeri Sembilan : Tengku Ampuan Intan (Pemangku Pejabat) 1869-1872, Yang Dipertuan Antah 1872-1888, Tuanku Muhammad 1888-1933, Tuanku Abdul Rahman 3/8/1933-1/4/1960, Tuanku Munawir 5/4/1960-14/4/1967, Tuanku Ja'far dinobatkan 18/4/1967.
Terbentuknya Negeri Sembilan
Semasa dahulu kerajaan negeri Sembilan mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Minangkabau. Yang menjadi raja dinegeri ini asal berasal dari keturunan Raja Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti, Adat istiadatnya sama dengan Minangkabau, peraturan-peraturannya sebagiannya menurut undang-undang adat di Minangkabau. Mereka mempunyai suku-suku seperti orang Minangkabau tetapi berbeda cara pemakaiannya.
Perpindahan penduduk ini terjadi bermula pada abad ke: XIV yaitu ketika pemerintah menyarankan supaya rakyat memperkembang Minangkabau sampai jauh-jauh diluar negeri. Mereka harus mencari tanah-tanah baru, daerah-daerah baru dan kemudian menetap didaerah itu. Setengahnya yang bernasib baik dapat menemui tanah kediaman yang subur dan membuka tanah dan membuat perkampungan disitu. Ada pula yang bersatu dengan rakyat asli yang ditemui merka dan menjadi pemimpin disana.
Sudah tentu adat-adat, undang-undang, kelaziman dinegeri asalnya yang dipergunakannya pula dinegeri yang baru itu. Sebagai sudah diuraikan orang-orang Minangkabau itu menjalani seluruh daerah: ke Jambi, Palembang, Indragiri, Taoung Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah lainya. Sebagiannya menyeberangi Selat Melaka dan sampai di Negeri Sembilan.
Pada abad ke XVI pemerintahan negeri mereka disana sudah mulai tersusun saja. Mereka mendirikan kerajan kecil-kecil sebanyak 9 buah dan kesatuan kerajan kecil-kecil itu mereka namakan Negeri Sembilan. Negara ini terjadi sewaktu Minangkabau mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil ini dan diperlindungkan dibawah kerajan Johor. Setelah negara kesatuan ini terbentuk dengan mufakat bersama dengan kerajaan Johor dimintalah seorang anak raja Pagaruyung untuk dinobatkan menjadi raja di Negrei Sembilan itu. Pada waktu itulah bermula pemerintahan Yang Dipertuan Seri Menanti.
Asal usul anak negeri disitu kebanyakan dari Luhak Lima Puluh Kota yaitu dari : Payakumbuh, Sarilamak, Mungka, Batu Balang, Batu Hampar, Simalanggang dan sebagian kecil dari Luhak Tanah Datar. Dari negeri-negeri mana mereka berasal maka nama-nama negeri itulah menjadi suku mereka. Sebagian tanda bukti bahwa rakyat Negeri Sembilan itu kebanyakan berasal dari Luhak Lima Puluh Kota sampai sekarang masih terdapat kata-kata adat yang poluler di Lima Puluh Kota : "Lanun kan datang merompak, Bugis kan datang melanggar". Kata-kata adat ini sering tersebut dalam nyanyian Hikayat Anggun nan Tunggal Magek Jabang. Di tanah Melaka kata-kata ini menjadi kata sindiran atau cercaan bagi anak-anak nakal dan dikatakan mereka "anak lanun" atau anak perompak.
Kalau dibawa kepada jalan sejarah diatas tadi, maka yang dimaksud dengan "Lanun" itu ialah perompak, rakyat dari Raja Daeng Kemboja yang hendak merampas Negeri Sebilan. Dan Bugis adalah nama negeri asal Daeng Kemboja tadi. Dan memang aneh, kata lanun yang jadi buah nyanyian oleh rakyat Lima Puluh Kota ini tidak dikenal oleh rakyat Luhak Agam dan sedikit oleh rakyat rakyat Luhak Tanah Datar. Karena memang fakta sejarah keturunan anak negeri Sembilan itu sebagian besar berasal dari Luhak Lima Puluh Kota. Nama suku-suku rakyat disana menjadi bukti yang jelas.
Oleh karena Sultan Johor sudah memberikan bantuannya dalam melindungi rakyat Negeri Sembilan ini dari jarahan lanun atau Daeng Kemboja, disebabkan ini pulalah Yang Dipertuan Pagaruyung memberikan bantuan kepada Sultan Johor dalam memberikan bantuan ikut bertempur di Siak untuk memerangi bangsa Aceh. Maka hubungan yang demikian rapat semenjak berabad-abad itu menjadikan hubungan antara negara yang akrab: Negeri Sembilan pada khususnya, Indonesia - Malaysia pada umumnya.
Dalam perjalanan sejarahnya juga, terjadi pergolakan di Sumatera Barat ketika Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat runtuh oleh kaum Paderi dan kemudian dikuasai dan dihapuskan Belanda pada masa Perang Paderi. Ketika merdeka, Sumatera Barat yang berada di barat Pulau Sumatera kemudian dijadikan provinsi ketiga di Indonesia dengan Padang sebagai ibu kotanya. Kepala pemerintahannya seorang gubernur. Sedangkan Kerajaan Negeri Sembilan tetap ada hingga sekarang sampai kemudian dimasukkan ke dalam Federasi Melayu Bersatu, cikal bakal Malaysia sebagai salah satu dari 13 negara bagian di negeri jiran tersebut. Ibu kotanya Seremban yang kemudian menjadi sister city bagi Padang.
Suku Minangkabau, baik yang berada di Sumatera Barat dan Negeri Sembilan juga mempunyai kontribusi besar tetap wilayah tempat tinggal masing-masing. Dari Sumatera Barat, sudah jamak diketahui banyak orang-orang Minangkabau yang telah terkenal dan sering berada di panggung politik, seni, hiburan, ekonomi, dan pemerintahan Indonesia. Sebut saja Mohammad Hatta, Hamka, Fahmi Idris, Syafii Maarif, dan sebagainya. Sedangkan dari Negeri Sembilan seperti Tunku Abdul Rahman, Rais Yatim, Muszaphar Shukor, dan Thahir Jallaluddin. Beberapa di antara orang-orang ini pernah menjadi Raja pertama Malaysia dan astronot Malaysia pertama.
Masih eratnya hubungan orang-orang Minangkabau di Sumatera Barat dan Negeri Sembilan terlihat dari bantuan orang-orang dari Negeri Sembilan kepada saudara-saudaranya di Sumatera Barat ketika terjadi gempa bumi pada 2009. Bukti bahwa meski sudah berbeda wilayah dan identitas kebangsaan, semangat persaudaraan sesuku dan seagama masih terlihat. Apalagi ketika digelar pertandingan sepak bola persahabatan antara Semen Padang FC dan Negeri Sembilan FA di Padang dan Seremban, pertandingan itu bak pesta besar orang-orang Minangkabau. Seakan-akan semua itu melupakan ketegangan antara dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia.
Gambaran di atas menjadi bukti bahwa kemiripan kebudayaan antara satu wilayah dan lainnya tak perlu di pertentangkan dan di perdebatkan, Itu merupakan hal yang wajar dan budaya bersifat universal. Hal inilah yang terlihat kala rendang di nobatkan menjadi makanan terlezat dunia pada 2011 versi CNN, rendang yang dinobatkan diberi judul rendang Indonesia (Sumatera Barat), Untuk membedakan dengan rendang Malaysia yang sudah pasti beda cita dan rasanya. Lalu kenapa harus di permasalahkan?
Jadi jangan mudah terpancing oleh oknum-oknum yang memprovokasi dan tidak bertanggung jawab sebab kito badunsanak.
Sumber: Minangkabu Tanah Pusako
Foto: Dokumen Pribadi